Rabu, 04 Juni 2014

Pemikiran Ekonomi Sosialisme Karl Marx


A. Kecaman Marx terhadap sistem kapitalis
Karl Marx sangat benci dengan sistem perekonomian liberal yang digagas oleh Adam Smith. Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Ketidakadilan ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis ke arah kondisi ekonomi dan social yang tidak bisa dipertahankan, walaupun ada pengakuan bahwa sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar ini akan lebih efisien akan tetapi sistem ini tetap dikecam sebab sistem liberal tidak perduli tentang masalah kepincangan dan kesenjangan social.
Sistem upah besi yaitu kaum buruh dalam sistem perekonomian liberal tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya lebih tinggi karena pasar bebas telah mentakdirkannya demikian. Marx menganjurkan agar sistem liberal yang menyebabkan kaum buruh menderita tersebut harus diperbaiki atau diganti dengan sistem sosialis yang lebih berpihak pada golongan buruh.
Alasan mengapa sistem perekonomian liberal harus diganti adalah karena sistem liberal cenderung menciptakan masyarakat berkelas kelas yaitu kelas kapitalis yang kaya raya dan kelas buruh. Marx tidak menginginkan bentuk masyarakat berkelas kelas seperti ini dan obat satu satunya yang dapat dilakukan dalam usaha menciptakan masyarakat tanpa kelas dengan memperjuangkan sistem sosialis/komunis.
Dari segi ekonomi Marx melihat bahwa akumulasi capital di tangan kaum kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi akan tetapi pembangunan dalam sistem kapitalis sangat bias terhadap pemilik modal. Untuk bias membangun secara nyata bagi seluruh lapisan masyarakat perlu dilakukan perombakan structural melalui revolusi social. Langkah berikutnya adalah penataan kembali hubungan produksi khususnya dalam sistem kepemilikan tanah, alat alat produksi dan modal.
Marx meramal bahwa suatu masa sistem kapitalis akan hancur. Menurutnya sistem kapitalis hancur bukan disebabkan oleh factor - factor lain melainkan keberhasilannya sendiri. Sistem kapitalis mewarisis daya self destruction suatu daya dari dalam yang akan memabwa kehancuran bagi sistem perekonomian liberal itu sendiri.  

B. Teori pertentangan kelas
Menurut Marx sejarah segala masyarakat yang ada hingga sekarang pada hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas. Dizaman kuno ada kaum bangsawan yang bebas dan budak terikat. Dizaman pertengahan ada tuan tanah sebagai pemilik dan hamba sahaya yang menggarap tanah bukan kepunyaannya.
Marx meramal bahwa kaum proletar yang terdiri dari para buruh akan bangkit melawan kesewenang-wenangan kaum pemilik modal dan akan menghancurkan kelas yang berkuasa. Teori ini berasala dari teori nilai lebih.

C. Teori surplus value dan penindasan buruh
Menurut pandangan kaum klasik nilai suatu barang harus sama dengan biaya - biaya untuk menghasilkan barang tersebut, yang didalamnya sudah termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami. Upah alami yang diterima oleh para buruh hanya cukup sekedar penyambung hidup secara subsisten yaitu untuk memenuhi kebutuhn yang pokok saja. Padahal nilai dari hasil kerja para buruh jauh lebih besar dari jumlah yang diterima mereka sebagai upah alami. Kelebihan nilai produktivitas kerja buruh atas upah alami inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih yang dinikmati oleh para pemilik modal.
Menurut Marx nilai dari suatu komoditas ditentukan oleh nilai labor yang secara langsung maupun tidak langsung dalam komoditas plus laba. Secara umum Marx percaya bahwa nilai suatu barang umumnya sepadan dengan input labor dan hanya labor langsung yang dapat menghasilkan laba. Menurutnya nilai suatu komoditas adaah penjumlahan biaya labor langsung, biaya labor tidak langsung dan laba.
Suatu hal yang membedakan labor dengan factor produksi adalah bahwa majikan dapat memaksa pekerja menghasilkan nilai yang melebihi nilai labor yang masuk dalam proses produksi. Nilai surplus adalah kelebihan nilai produktivitas kerja atas upah alami yang diberikan pada buruh. Makin rendah nilai upah yang diberikan pada buruh makin besar nilai surplus yang dimiliki pemilik modal.
Menurut Marx ukuran eksploitasi terhadap kaum buruh bisa diukur yaitu dengan membandingkan nilai surplus dengan upah yang diberikan. Akumulasi modal akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa menindas para buruh sekeras kerasnya yaitu dengan memberikan tingkat upah yang sangat rendah.

Marx memandang sebagai penyebab terjadinya konsentrasi konsentrasi ekonomi atau monopoli. Kompetisi dinilai Marx mengandung suatu daya yang kalau tidak diawasi akan menghancurkan sendi sendi kehidupan masyarakat.
Beberapa program yang dianjurkan Marx untuk dilakukan setelah revolusi berhasil antar lain :
1. Penghapusan hak milik atas tanah dan menggunakan semua bentuk sewa tanah untuk tujuan tujuan umum.
2. Program pajak pendapatan progresif.
3. Penghapusan semua bentuk hak pewarisan.
4. Pemusatan kredit di tangan negara.
5. Pemusatan alat alat komunikasi dan transportasi di tangan negara.
6. Pengembangan pabrik pabrik dan alat alat produksi milik negara.

Perbedaan fase sosialisme dan komunisme menurut Marx yaitu:
1. Produktivitas.
2. Hakikat manusia sebagai produsen.
3. Pembagian pendapatan.


Dalam fase sosialisme produktivitas masih rendah dan kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup sedangkan dalam fase komunisme penuh produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi sudah diproduksi secara cukup dan perekonomian dapat memenuhi kebutuhan semua anggota masyarakat secara berkelimpahan. Tentang hakikat manusia sebagai produsen dalam fase sosialisme manusia belum cukup menyesuaikan diri sehingga menjadikan kerja seagai hakikat dan masih mementingkan insentif materi untuk bekerja. Pada tahap komunisme penuh kerja sudah menjadi hakikat di mana manusia bekerja dengan penuh kegembiraan, sukacita dan semua pekerjaan dilakukan secara sukarela, dengan efisien, tanpa terlalu mengharapkan insentif langsung seperti upah, yang hanya merupakan produk sampingan dari kerja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar