A. Kecaman Marx terhadap sistem kapitalis
Karl Marx sangat benci dengan
sistem perekonomian liberal yang digagas oleh Adam Smith. Dari segi moral Marx
melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Ketidakadilan
ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis ke arah kondisi ekonomi dan
social yang tidak bisa dipertahankan, walaupun ada pengakuan bahwa sistem yang
didasarkan pada mekanisme pasar ini akan lebih efisien akan tetapi sistem ini
tetap dikecam sebab sistem liberal tidak perduli tentang masalah kepincangan
dan kesenjangan social.
Sistem upah besi yaitu kaum buruh
dalam sistem perekonomian liberal tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya
lebih tinggi karena pasar bebas telah mentakdirkannya demikian. Marx
menganjurkan agar sistem liberal yang menyebabkan kaum buruh menderita tersebut
harus diperbaiki atau diganti dengan sistem sosialis yang lebih berpihak pada
golongan buruh.
Alasan mengapa sistem perekonomian
liberal harus diganti adalah karena sistem liberal cenderung menciptakan
masyarakat berkelas kelas yaitu kelas kapitalis yang kaya raya dan kelas buruh.
Marx tidak menginginkan bentuk masyarakat berkelas kelas seperti ini dan obat
satu satunya yang dapat dilakukan dalam usaha menciptakan masyarakat tanpa
kelas dengan memperjuangkan sistem sosialis/komunis.
Dari segi ekonomi Marx melihat
bahwa akumulasi capital di tangan kaum kapitalis memungkinkan tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi akan tetapi pembangunan dalam sistem
kapitalis sangat bias terhadap pemilik modal. Untuk bias membangun secara nyata
bagi seluruh lapisan masyarakat perlu dilakukan perombakan structural melalui
revolusi social. Langkah berikutnya adalah penataan kembali hubungan produksi
khususnya dalam sistem kepemilikan tanah, alat alat produksi dan modal.
Marx meramal bahwa suatu masa
sistem kapitalis akan hancur. Menurutnya sistem kapitalis hancur bukan
disebabkan oleh factor - factor lain melainkan keberhasilannya sendiri. Sistem
kapitalis mewarisis daya self destruction suatu daya dari dalam yang akan
memabwa kehancuran bagi sistem perekonomian liberal itu sendiri.
B. Teori pertentangan kelas
Menurut Marx sejarah segala
masyarakat yang ada hingga sekarang pada hakikatnya adalah sejarah pertentangan
kelas. Dizaman kuno ada kaum bangsawan yang bebas dan budak terikat. Dizaman
pertengahan ada tuan tanah sebagai pemilik dan hamba sahaya yang menggarap
tanah bukan kepunyaannya.
Marx meramal bahwa kaum proletar yang terdiri dari para
buruh akan bangkit melawan kesewenang-wenangan kaum pemilik modal dan akan
menghancurkan kelas yang berkuasa. Teori ini berasala dari teori nilai lebih.
C. Teori surplus value dan penindasan buruh
Menurut pandangan kaum klasik nilai
suatu barang harus sama dengan biaya - biaya untuk menghasilkan barang
tersebut, yang didalamnya sudah termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami.
Upah alami yang diterima oleh para buruh hanya cukup sekedar penyambung hidup
secara subsisten yaitu untuk memenuhi kebutuhn yang pokok saja. Padahal nilai
dari hasil kerja para buruh jauh lebih besar dari jumlah yang diterima mereka
sebagai upah alami. Kelebihan nilai produktivitas kerja buruh atas upah
alami inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih yang dinikmati oleh para
pemilik modal.
Menurut Marx nilai dari suatu
komoditas ditentukan oleh nilai labor yang secara langsung maupun tidak
langsung dalam komoditas plus laba. Secara umum Marx percaya bahwa nilai suatu
barang umumnya sepadan dengan input labor dan hanya labor langsung yang dapat
menghasilkan laba. Menurutnya nilai suatu komoditas adaah penjumlahan biaya
labor langsung, biaya labor tidak langsung dan laba.
Suatu hal yang membedakan labor
dengan factor produksi adalah bahwa majikan dapat memaksa pekerja menghasilkan
nilai yang melebihi nilai labor yang masuk dalam proses produksi. Nilai surplus
adalah kelebihan nilai produktivitas kerja atas upah alami yang diberikan pada
buruh. Makin rendah nilai upah yang diberikan pada buruh makin besar nilai
surplus yang dimiliki pemilik modal.
Menurut Marx ukuran eksploitasi
terhadap kaum buruh bisa diukur yaitu dengan membandingkan nilai surplus dengan
upah yang diberikan. Akumulasi modal akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa
menindas para buruh sekeras kerasnya yaitu dengan memberikan tingkat upah yang
sangat rendah.
Marx memandang sebagai penyebab
terjadinya konsentrasi konsentrasi ekonomi atau monopoli. Kompetisi dinilai
Marx mengandung suatu daya yang kalau tidak diawasi akan menghancurkan sendi
sendi kehidupan masyarakat.
Beberapa program yang dianjurkan
Marx untuk dilakukan setelah revolusi berhasil antar lain :
1. Penghapusan
hak milik atas tanah dan menggunakan semua bentuk sewa tanah untuk tujuan
tujuan umum.
2. Program pajak pendapatan progresif.
3. Penghapusan semua bentuk hak pewarisan.
4. Pemusatan kredit di tangan negara.
5. Pemusatan alat alat komunikasi dan
transportasi di tangan negara.
6. Pengembangan pabrik pabrik dan alat alat
produksi milik negara.
Perbedaan fase sosialisme dan komunisme menurut
Marx yaitu:
1. Produktivitas.
2. Hakikat manusia sebagai produsen.
3. Pembagian pendapatan.
Dalam fase sosialisme produktivitas
masih rendah dan kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup sedangkan dalam
fase komunisme penuh produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi
sudah diproduksi secara cukup dan perekonomian dapat memenuhi kebutuhan semua
anggota masyarakat secara berkelimpahan. Tentang hakikat manusia sebagai
produsen dalam fase sosialisme manusia belum cukup menyesuaikan diri sehingga
menjadikan kerja seagai hakikat dan masih mementingkan insentif materi untuk
bekerja. Pada tahap komunisme penuh kerja sudah menjadi hakikat di mana manusia
bekerja dengan penuh kegembiraan, sukacita dan semua pekerjaan dilakukan secara
sukarela, dengan efisien, tanpa terlalu mengharapkan insentif langsung seperti
upah, yang hanya merupakan produk sampingan dari kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar