Rabu, 04 Juni 2014

Pemikiran Ekonomi Aliran Monetaris


Selama tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, di bawah pimpinan ekonom terkenal Milton Friedman dari Chicago University (kini hijrah ke Stanford University) telah berkembang suatu aliran pemikiran (school of thought) di dalam makroekonomi yang dikenal sebagai aliran moneteris(monetarism). Para ekonom dari aliran moneteris ini menyerang pandangan dari aliran Keynesian, terutama menyangkut penentuan pendapatan yang dinilai oleh mereka sebagai tidak benar. Kaum moneteris menghendaki agar analisis tentang penentuan pendapatan memberi penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar (money supply) di dalam perekonomian. Perdebatan yang lain menyangkut : efektifitas antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, peranan kebijakan pemerintah, dan tentang kurva Phillips (kurva yang menunjukkan  bahwa hubungan antara pengangguran dan inflasi adalah saling berkebalikan).
Bagi kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu utama dari tingkat kegiatan ekonomi dan harga-harga di dalam suatu perekonomian. Dalam jangka pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat output dan kesempatan kerja; sedangkan dalam jangka panjang (long run) jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi. Menurut Milton Friedman “inflasi ada di mana saja dan selalu merupakan fenomena moneter”. Pertumbuhan moneter atau uang beredar yang berlebihan dalam hal ini bertanggung jawab atas timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter yang tidak stabil bertanggung jawab atas timbulnya gejolak atau fluktuasi ekonomi. Oleh karena pertumbuhan moneter sangat berpengaruh terhadap variabilitas, baik variabilitas dalam tingkat harga maupun pertumbuhan output (GNP), maka kebijakan moneter yang diambil pemerintah sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya suatu tingkat pertumbuhan moneter atau jumlah uang beredar yang konstan dan tetap terkendali pada tingkat yang rendah.
 Adapun gagasan pokok dari aliran moneteris yang dianggap penting di antaranya adalah :
1.      Sektor atau perekonomian swasta pada dasarnya adalah stabil.
2.    Kebijakan makroekonomi aktif seperti kebijakan fiskal dan moneter hanya akan membuat keadaan perekonomian menjadi lebih buruk.  Bahkan secara ekstrim mereka mengatakan bahwa “kebijakan makroekonomi yang aktif itu lebih merupakan bagian dari masalah, dan bukan bagian dari solusi”. Dengan perkataan lain, kaum moneteris menghendaki suatu peran atau campur tangan pemerintah yang seminimum mungkin di dalam perekonomian.
3.  Seperti halnya dengan aliran Klasik, kaum moneteris berpendapat bahwa harga-harga dan upah di dalam perekonomian adalah relatif fleksibel, yang akan menjamin keadaan keseimbangan di dalam perekonomian selalu bisa diwujudkan.
4.    Jumlah uang beredar merupakan faktor penentu yang sangat penting dari tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

 Berbagai pendapat atau gagasan kaum moneteris di atas, memiliki implikasi kebijakan yang penting , yaitu :
1. Stabilitas di dalam pertumbuhan jumlah uang beredarlah yang merupakan kunci dari stabilitas makroekonomi, dan bukan kebijakan makroekonomi aktif yang menimbulkan fluktuasi dalam pertumbuhan jumlah uang beredar yang menjadi penentu kestabilan makroekonomi.
2.  Kebijakan fiskal itu sendiri memiliki pengaruh sistematis yang sangat kecil, baik terhadap pendapatan nasional riil maupun pendapatan nasional nominal; dan bahwa kebijakan fiskal (fiscal policy) bukanlah suatu sarana atau alat stabilisasi yang efektif.

POKOK-POKOK PIKIRAN ALIRAN MONETARIS
Ketidakberhasilan ajaran - ajaran Keynes dlm memecahkan masalah - masalah yg dihadapi melahirkan suatu aliran baru yg disebut “aliran Monetaris” yg mengutamakan kebi-jaksanaan moneter dlm mengatasi kemelut ekonomi. Istilah ini pertamakali digunakan oleh Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai studi dibidang ekonomi moneter &kebijaksanaan moneter.
Penekanan pokok pandangan monetaris terletak pada stok uang.Menurut Friedman, perubahan dlm jumlah uang beredar sgt besar pengaruhnya terhadap tingkat inflasi dan Perilaku GNP ril dlm jangka panjang.       
 Friedman menyimpulkan secara umum laju pertum-buhan uang yg tinggi menyebabkan terjadinya booms & inflasi. Sementara itu, penurunan dlm laju pertum-buhan uang dapat menimbulkan resesi &kadang-kadang bahkan juga deflasi.




Pemikiran Ekonomi Aliran J. M. Keynes


Sebagai seorang pakar ekonomi ulung, ia telah menulis banyak buku. Tahun 1913 ia menulis : Indian Currency and Finance, yang memperlihatkan ketertarikannya pada masalah-masalah moneter. Tulisan berikutnya adalah : The Economic Consequences of the Peace (terbit tahun 1919). Pada tahun 1922 ia menulis : A Revision of The Treaty. Kedua buku yang disebutkan terakhir ditulis sehubungan dengan pengalamannya dalam delegasi perdamaian Versailles. Pada tahun 1923 ia menulis: A Tract on Monetary Reform. Dalam buku ini memperlihatkan keprihatinannya terhadap perubahan yang terjadi dalam daya beli uang. Tlisannya yang lain adalah A Treatise on Money yang diterbitkan tahun 1930. Enam tahun berikutnya ia menerbitkan bukunya yang paling terkenal : The General Theory of Employment, Interest, and Money.
Dalam bukunya : The Economic Consequences of The Peace, ia banyak mengritik cara-cara yang digunakan oleh negara-negara yang menang Perang Dunia Pertama (Amerika Serikat, Inggris dan Perancis) dalam menekan negara-negara yang kalah perang (yaitu pihak Jerman). Walaupun dalam Perjanjian Versailles ia mewakili pemerintah Inggris, namun tidak urung ia mengritik cara-cara yang digunakan negara-negara yang menang perang tersebut dalam menekan Jerman dengan syarat pembayaran utang perang yang begitu berat. Dalam buku tersebut ia mengisyaratkan bahwa tekanan dari negara-negara yang menang perang terhadap Jerman dapat menimbulkan rasa marah dan dendam dari masyarakat Jerman. Apa yang diramal oleh Keynes tahun 1919 tersebut menjadi kenyataan 20 tahun berikutnya, di mana Jerman yang kalah dalam Perang Dunia I di bawah Hitler melakukan balas dendam dengan memulai prakarsa Perang Dunia Kedua.
Buku yang lain: A Treatise on Money terdiri dari dua volume. Volume pertama khusus menyajikan teori-teori tentang arti dan peran uang dalam perekonomian secara murni, dan dalam volume kedua dijelaskan bagaimana teori-teori murni tentang uang tersebut diterapkan dalam perekonomian.
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa dalam beberapa bukunya yang terbit sebelum The General Theory, Keynes masih berada dalam “jalur” pemikiran klasik dan neo-klasik. Tetapi jalur pemikiran klasik dan neo-klasik ini mulai ditinggalkan waktu ia menulis The General Theory. Sebagaimana yang dikutip oleh Fusfeld (1977), paragraf pertama bab pertama buku General Theory tersebut Keynes menulis:
“I have called this book “The General Theory of Employment, Interest, and Money’, placing the emphasis on the prefix general. The object of such a title is to contrast the character of my arguments and conclusions with those of the classical theory of the subject, upon which I was brought up and which dominates the economic thought, both practical and theoretical, of the governing and academic classes of this generation, as it has for a hundred years past.”
Buku The General Theory ditulis sebagai reaksi terhadap depresi besar-besaran yang terjadi tahun 30-an yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode klasik dan neo-klasik. Teori klasik dinilai Keynes mengandung banyak kelemahan, dan karena itu perlu diperbaiki dan disempurnakan.

A. KRITIKAN KEYNES TERHADAP TEORI KLASIK
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi keseimbangan, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa dari faktor-faktor produksi lainnya. Pendapatan atas faktor-faktor produksi tersebut seluruhnya akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Ini yang dimaksudkan Say bahwa penawaran akan selalu berhasil menciptakan permintaannya sendiri.
Dalam posisi keseimbangan tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan permintaan. Kalaupun terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), misalnya pasokan lebih besar dari permintaan; kekurangan konsumsi; atau terjadinya pengangguran, maka keadaan ini dinilai kaum klasik sebagai sesuatu yang sementara sifatnya. Nanti akan ada suatu tangan tak kentara (invisible hands) yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan.
Kaum klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (fully-employed). Dengan demikian di bawah sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak ada pengangguran. Kalau ada yang tidak bekerja, daripada tidak memperoleh pendapatan sama sekali, maka mereka bersedia bekerja dengan tingkat upah yang lebih rendah. Kesediaan untuk bekerja dengan tingkat upah lebih rendah ini akan menarik perusahaan untuk mempekerjakan mereka lebih banyak.
Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka yang mau bekerja pasti akan memperoleh pekerjaan. Kekecualian berlaku bagi mereka yang ”pilih-pilih” pekerjaan, atau tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang diatur oleh pasar. Tetapi kalau ada yang tidak bekerja karena kedua alasan yang disebutkan di atas, mereka ini lleh kaum klasik tidak digolongkan pada pengangguran, melainkan pengangguran sukarela (voluntary unemployment).
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, analisis klasik bertumpu pada maslaah-masalah mikro. Dalam berproduksi, misalnya, masalah yang dihadapi adalah: bagaimana menghasilkan barang-barang dan jasa sebanyak-banyaknya dengan biaya serendah-rendahnya dengan memilih alternatif kombinasi faktor-faktor produksi yang terbaik. Dengan cara memilih alternatif terbaik atau paling efisien perusahaan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Karena yakin bahwa tiap barang yang diproduksi akan selalu diiringi oleh permintaan, sesuai dengan teori Say, maka tiap perusahaan berlomba-lomba menghasilkan barang-barang dan jasa sebanyak-banyaknya.
Teori Say yang mengatakan bahwa ”penawaran akan menciptakan permintaan sendiri” di atas dikritik habis-habisan oleh Keynes sebagai suatu yang keliru. Dalam kenyataan, demikian keynes, biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran. Alasannya, sebagian dari pendapatan yang diterima masyarakat akan ditabung, dan tidak semuanya dikonsumsi dengan demikian permintaan efektif biasanya lebih kecil dari total produksi. Kalau pun kekurangan ini bisa dieliminir dengan menurunkan harga-harga, maka pendapatan tentu akan turun, dan sebagai akibatnya tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Karena konsumsi lebih kecil dari pendapatan, berarti tidak semua produksi akan diserap masyarakat. Dan memang inilah ytang terjadi pada tahun 30-an, di mana perusahaan berlomba-lomba berproduksi tanpa kendali. Di pihak lain daya beli masyarakat terbatas. Akibatnya banyak stok menumpuk. Sebagian perusahaan terpaksa mengurangi produksi, dan sebagian bahkan melakukan rasionalisasi, yaitu mengurangi produksi dengan mengurangi jumlah pekerja.
Tindakan rasionalisasi dari pihak perusahaan akan memaksa sebagian pekerja menganggur. Orang yang manganggur jelas tidak memperoleh pendapatan, dan sebagai konsekuensinya pendapatan masyarakat turun. Turunnya pendapatan masyarakat menyebabvkan daya beli semakin rendah, dan akibatnya barang-barang tidak laku sehingga kegiatan produksi menjadi macet. Puncak dari kemerosotan ekonomi terjadi pada tahun 30-an di mana hampir di seluruh negara-negara industri terjadi depresi secara besar-besaran.
Sejak terjadinya depresi besar-besaran tersebut orang curiga bahwa ada sesuatu yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang dianggap berlaku umum selama ini. Menurut Keynes, pandangan klasik bahwa produksi akan selalu menciptakan permintaannya sendiri hanya berlaku untuk perekonomian tertutup sederhana yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan saja. Pada tingkat perekonomian seperti ini semua pendapatan yang diterima pada suatu periode biasanya langsung dikonsumsi, tanpa ada yang ditabung. Dalam keadaan seperti ini memang permintaan akan selalu sama dengan penawaran agregat. Tetapi dalam perekonomian yang lebih maju, di mana masyarakatnya sudah mengenal tabungan, maka sebagian dari pendapatan akan mengalami kebocoran (leakage) dalam bentuk tabungan, sehingga arus pengeluaran tidak lagi sama dengan arus pendapatan. Dengan demikian permintaan agregat akan lebih kecil dari penawaran agregat.
Pendapat di atas mula-mula dibantah oleh pendukung klasik. Mereka mengatakan bahwa tabungan tersebut akan dihimpun oleh lembaga-lembaga keuangan, dan nanti akan disalurkan pada investor. Menurut keyakinan pendukung-pendukung klasik, pasar akan mengatur sedemikian rupa sehingga jumlah tabungan akan sama dengan jumlah investasi. Dengan demikian kebocoran yang terjadi dalam tabungan akan diinjeksikan kembali ke dalam perekonomian melalui investasi, sehingga keseimbangan kembali wujud dalam perekonomian.
Pendapat klasik bahwa jumlah tabungan akan selalu sama dengan jumlah investasi di atas dibantah Keynes. Alasannya, motif orang untuk menabung di tidak sama dengan motif pengusaha untuk menginvestasi. Pengusaha melakukan investasi didorong oleh keinginan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya, sedang sektor rumah tangga melakukan penabungan didorong oleh berbagai motif yang sangat berbeda. Termasuk di dalamnya ialah   misalnya untuk menghadapi kecelakaan, penyakit, untuk memenuhi hajat (memperingati kelahiran, perkawinan, kematian) dan sebagainya.  Perbedaan dalam motif ini menyebabkan jumlah tabungan tidak akan pernah sama dengan jumlah investasi. Kalaupun jumlahnya sama, menurut Keynes itu hanya merupakan kebetulan belaka, bukan suatu keharusan.
Karena Keynes mengamati bahwa umumnya investasi lebih kecil dari jumlah tabungan, maka ia menyimpulkan bahwa permintaan agregat juga lebih kecil dari penawaran agregat. Kekurangan ini, apabila tidak diantisipasi, akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam perekonomian. Karena sebagian produksi tidak terserap oleh masyarakat, stok akan meningkat, dan pada periode-periode berikutnya terpaksa harus dibatasi. Apa yang menjadi inti pokok dari pendapat Keynes di atas ialah bahwa perekonomian yang berjalan menurut mekanisme pasar biasanya mencapai keseimbangan pada titik di bawah full-employment.
Kritikan Keynes yang lain terhadap sistem klasik yang juga sangat perlu diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak ada mekanisme penyesuaian (adjustment) otomatis yang menjamin bahwa perekonomian akan mencapai keseimbangan (equilibrium) pada tingkat penggunaan kerja penuh. Hal ini sangat jelas dalam analisisnya tentang pasar tenaga kerja.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kaum klasik percaya bahwa dalam posisi keseimbangan semua sumber daya, termasuk di dalamnya sumber daya tenaga kerja atau labor, akan dimanfaatkan secara penuh (fully employed). Kalau seandainya terjadi pengangguran, pemerintah tidak perlu melakukan tindakan/kebijaksanaan apa pun.
Sesuai pandangan laissez faire klasik, biarkan saja keadaan demikian, dan nanti orang-orang yang tidak bekerja tersebut akan bersedia berkerja dengan tingkat upah yang lebih rendah, yang mendorong pengusaha untuk mepekerjakan labor lebih banyak, sehingga akhirnya semua yang mau bekerja akan memperoleh pekerjaan.
Pandangan klasik di atas tidak diterima Keynes. Menurut pandangan Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik di atas. Di manapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labour union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Dari sini Keynes mengecam analisis kaum klasik yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian yang keliru dengan kenyataan hidup sehari-hari.
Kalaupun tingkat upah bisa diturunkan (tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil sekali), tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunnya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginal value of productivity of labor), yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor, akan turun. Kalau penurunan dalam harga-harga tidak begitu besar, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor hanya turun sedikit, tetapi begitupun tetap saja jumlah albor yang tertampung lebih kecil dari jumlah labor yang ditawarkan. Yang parah kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah labor yang tertampung jadi semakin kecil, dan pengangguran menjadi semakin luas.

B. PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Dari hasil pengamatan tentang kejadian depresi ekonomi pada awal 30-an Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja pada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu peran pemerintah justru diperlukan. Misalnya kalau terjadi pengangguran pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya sehingga sebagian tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja, yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Kalau harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik jumlah uang beredar dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi, sehingga inflasi yang tak terkendali tidak sampai terjadi. Dalam situasi di mana terjadi gerak gelombang naik turunnya kegiatan ekonomi, pemerintah dapat menjalankan kebijaksanaan pengelolaan pengeluaran dan pengendalian permintaan efektif dalam bentuk ”kontra-siklis” atau ”anti-siklis”.
Dari berbagai kebijaksanaan yang bisa diambil, Keynes lebih sering mengandalkan kebijaksanaan fiskal. Dengan kebijaksanaan fiskal pemerintah bisa mempengaruhi jalanya perekonomian dengan menyuntikkan dana berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek yang mampu menyerap tenaga kerja. Terutama dalam situasi di mana sumber-sumber daya belum dimanfaatkan secara penuh, kebijaksanaan ini sangat ampuh dalam meningkatkan output dan memberantas pengangguran.
Apakah keynes tidak percaya pada mekanisme pasar bebas sesuai doktrin laissez faire-laissez passer klasik? Apakah ia tidak yakin dengan anggapan klasik bahwa perekonomian akan menemukan jalannya sendiri menuju keseimbangan? Keynes sebetulnya percaya tentang semua hal yang dikemukakan oleh kaum klasik tersebut. Akan tetapi Keynes menilai bahwa jalan menuju keseimbnagan dan full-employment tersebut sangat panjang. Kalau ditunggu mekanisme pasar (lewat tangan tak kentara) yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan, dibutuhkan waktu yang sangat lama. Sedangkan, demikian Keynes pernah menulis: ”dalam jangka panjang kita akan mati!” (In the long run we’re all dead!) jadi, satu-satunya cara untuk membawa perekonomian ke arah yang diinginkan seandainya ia ”lari dari posisi keseimbangan”, demikian uraian Keynes lebih lanjut, ialah lewat intervensi atau campur tangan pemerintah.
Demikianlah, kalau kaum klasik pada umumnya menganggap tabu campur tangan pemerintah, bagi Keynes campur tangan pemerintah merupakan keharusan. Campur tangan pemerintah terutama diperlukan kalau perekonomian berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kalau diamati, sepertinya Keynes sependapat dengan Marx yang mengatakan bahwa sistem ekonomi klasik tidak bebas dari fluktuasi, krisis pengangguran, dan sebagainya. Bedanya, kalau Marx berusaha menghancurkan sistem kapitalis dan menggantinya dengan sistem sosialis, Keynes sebaliknya justru ingin menyelamatkan sistem liberal tersebut.





Pemikiran Ekonomi Neo Klasik


Teori-teori yang dikembangkan oleh Marx dan Engels mendapat banyak tanggapan dari pakar-pakar ekonomi, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari pendukung system liberal-kapitalisme.  Dimana para pendukung system liberal ini kemudian dimasukkan ke dalam suatu kelompok pemikiran ekonomi tersendiri yang disebut  Mazhab Neo-klasik.

  1. MAZHAB AUSTRIA
Tiga tokoh utama Mazhab Austria yaitu Karl Menger, Friedrich von Wieser, dan Eugen von Bohm Bawerk. Ketiga tokoh ini berasal dari Austria.
·         Karl Menger (1840-1921)
Karya utamanya adalah “ Grunsatze der Volks Wirtschftslebre “(1871). Dalam bukunya Karl mengembangkan teori utilitas marginal yang kemudian membawa pengaruh yang sangat besar dalam pengembangan teori-teori ekonomi.
·         Friedrich von Wieser (1851-1920)
Karya utamanya antara lain (a) Uber denUrsprung und die Hauptgesetze des Wirtschftlichen Wertes (1884), (b) Der Naturliche Wert (1889), (c) Theori der Gesellschatlichen Wirtschaft (1914). Wieser juga mengembangkan lebih lanjut teori utilitas marginal, dengan menambah formulasi biaya-biaya oportunitas.
·         Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914)
Ia mengembangkan teori tentang modal dan teori tentang tingkat suku bunga. Hal itu terdapat dalam bukunya yang berjudul “Capital and Interest” (1884).

Teori-teori yang dikembangkan oleh ketiga tokoh utama aliran Austria kemudian diikuti dan dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh lain yaitu Knut Wicksell, von Mises, F. A Hayek, dan J.R Hicks.
·         Knut Wicksell (1851-1926)
Berjasa mengasimilasi analisis keseimbangan umum Walras dengan teori kapital dan suku bunga Bohm Bawerk menjadi teori distribusi. Ia juga berpengaruh terhadap pengembangan teori moneter. Karya utamanya adalah “Lectures on Political Economy” (1901)
·         Ludwig Edler von Mises (1881-1973)
Ia melahirkan beberapa karya, salah satunya yaitu “the theory money and credit”(1912).menurut beliau harga merupakan basis paling efisien dalam mengalokasikan sumber daya. Mises berpendapat bahwa ssistem ekonomi komando tidak akan dapat melembagakan system harga tanpa terlebih dahulu menghancurkan prinsip-prinsip politik. Mises juga mengaplikasikan teori kepuasan marjinal untuk mengembangkan teori baru tentang uang, dan memaparkan kepuasan (utility) dapat diukur secara ordinal, tetapi  tidak secara cardinal. Teori beliau yang lain adalah teori paritas daya beli (purchasing power parity) dan teori trad cycle .
·         Friedrich August von Hayek (1899-….)
Hayek menerimah Hadiah  Nobel tahun 1974 bersama-sama dengan Gunnar myrdal karena berjasa dalam mengembangkan teori siklus perdagangan dari von Mises.

  1. MAZHAB LAUSANNE
Pendiri mazhab ini adalah Leon Walras, beliau memperkenalkan analisis yang lebih komprehensif tentang teori keseimbangan umum. Walras memperkenalkan teori keseimbangan umum dengan pendekatan matematis. Beliau mampu memberi fisi yang jelas tentang interdependensi bagian-bagian ekonomi dengan gambling dengan model keseimbangan umumnya (general equilibrium model). Ia menguraikan bahwa perubahan dalam suatu faktor atau bagian ekonomi akan membawa perubahan pada variable-variabel lain dalam system ekonomi secara menyeluruh, sayangnya konsep dan model keseimbangan ini tidak di perhatikan oleh para pakar ekonomi pada zaman itu.
Kemudian setelah Walras meninggal dunia, pemikirannya diteruskan oleh Vilfedro pareto. Vilfedro banyak membantu Walras dalam menjelaskan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar sumber daya dapat diaolokasikan sehingga memberikan hasil yang optimum dalam suatu model keseimbangan umum. Menurutnya suatu pengalokasian suatu sumber dikatakan efisiensi jika lewat suatu re-alokasi tidak da seorangpun dapat memperoleh kesejahteraan tanpa mengurangi kesejahteraan orang lain. Ia berpendapat sumber disebut efisiensi jika keadaan yang dicapai secara jelas dan pasti tidak bias dibuat lebih baik lagi. Hal tersebut dikenal sebagai hukum pareto (pareto’s law).

  1. MAZHAB CAMBRIDGE
Kalau Walras dianggap sebai pelopor aliran Lausanne, maka Marshall dianggap sebagai pelopor aliran atau mazhab Cambridge di Inggris. Ia menentang pendapat klasik tentang yang mengatakan bahwa harga barang ditentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut, atau dengan kata lain yang menentukan harga adalah sisi penawaran. Ia berpendapat selain oleh biaya-biaya, harga juga dipengaruhi oleh unsur subjektif lainnya, baik dari pihak konsumen maupun dari pihak produsen. Dari pihak konsumen misalnya pendapatan (daya beli) dan dari pihak produsen mungkin keadaan keuangan perusahaan. Kalau keuangan perusahaan dalam keadaan sulit, mungkin perusahaan mau menerima harga yang rendah, tetapi kalu keadaan keuangan kuat, mereka juga lebih berani untuk mempertahankan harga.pertemuan antara permintaan dan penawaran yang menetukan harga di pasar. Kalau harga yang terbentuk di pasar lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang, dalam jangka pendek perusahaan mengalami keuntungan, tapi dalam jangka panjang keadaan aka kembali menjadi normal, sebab keuntungan yang diperoleh menarik perusahaan-perusahaan lain masuk ke pasar. Karya-karyanya banyak diakui sebagai seorang pakar ekonomi yang ulung. Bagi Marshall ilmu ekonomi adalah sebagai alat dan sarana untuk memperbaiki kesejahteraan umat manusia. Ilmu ekonomi sebagai daya untuk menemukan kebenaran, dan kebenaran tersebut haruslah ditujukan pada penyebab dan obat dari kemiskinan dan kemelaratan.
Kemudian pemikirannya digantikan oleh Pigou. Ia adalah orang pertama yang mengemukakan konsep real balance yang lebih dikenal dengan dampak Pigou. Dampak Pigou adalah suatu simulasi stimulasi kesempatan kerja yang disebabkan oleh meningkatnya nilai rill dari kekayaan likuid sebai konssekuensi dari turunnya harga-harga.
              

                  

Pemikiran Ekonomi Sosialisme Karl Marx


A. Kecaman Marx terhadap sistem kapitalis
Karl Marx sangat benci dengan sistem perekonomian liberal yang digagas oleh Adam Smith. Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam. Ketidakadilan ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis ke arah kondisi ekonomi dan social yang tidak bisa dipertahankan, walaupun ada pengakuan bahwa sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar ini akan lebih efisien akan tetapi sistem ini tetap dikecam sebab sistem liberal tidak perduli tentang masalah kepincangan dan kesenjangan social.
Sistem upah besi yaitu kaum buruh dalam sistem perekonomian liberal tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya lebih tinggi karena pasar bebas telah mentakdirkannya demikian. Marx menganjurkan agar sistem liberal yang menyebabkan kaum buruh menderita tersebut harus diperbaiki atau diganti dengan sistem sosialis yang lebih berpihak pada golongan buruh.
Alasan mengapa sistem perekonomian liberal harus diganti adalah karena sistem liberal cenderung menciptakan masyarakat berkelas kelas yaitu kelas kapitalis yang kaya raya dan kelas buruh. Marx tidak menginginkan bentuk masyarakat berkelas kelas seperti ini dan obat satu satunya yang dapat dilakukan dalam usaha menciptakan masyarakat tanpa kelas dengan memperjuangkan sistem sosialis/komunis.
Dari segi ekonomi Marx melihat bahwa akumulasi capital di tangan kaum kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi akan tetapi pembangunan dalam sistem kapitalis sangat bias terhadap pemilik modal. Untuk bias membangun secara nyata bagi seluruh lapisan masyarakat perlu dilakukan perombakan structural melalui revolusi social. Langkah berikutnya adalah penataan kembali hubungan produksi khususnya dalam sistem kepemilikan tanah, alat alat produksi dan modal.
Marx meramal bahwa suatu masa sistem kapitalis akan hancur. Menurutnya sistem kapitalis hancur bukan disebabkan oleh factor - factor lain melainkan keberhasilannya sendiri. Sistem kapitalis mewarisis daya self destruction suatu daya dari dalam yang akan memabwa kehancuran bagi sistem perekonomian liberal itu sendiri.  

B. Teori pertentangan kelas
Menurut Marx sejarah segala masyarakat yang ada hingga sekarang pada hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas. Dizaman kuno ada kaum bangsawan yang bebas dan budak terikat. Dizaman pertengahan ada tuan tanah sebagai pemilik dan hamba sahaya yang menggarap tanah bukan kepunyaannya.
Marx meramal bahwa kaum proletar yang terdiri dari para buruh akan bangkit melawan kesewenang-wenangan kaum pemilik modal dan akan menghancurkan kelas yang berkuasa. Teori ini berasala dari teori nilai lebih.

C. Teori surplus value dan penindasan buruh
Menurut pandangan kaum klasik nilai suatu barang harus sama dengan biaya - biaya untuk menghasilkan barang tersebut, yang didalamnya sudah termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami. Upah alami yang diterima oleh para buruh hanya cukup sekedar penyambung hidup secara subsisten yaitu untuk memenuhi kebutuhn yang pokok saja. Padahal nilai dari hasil kerja para buruh jauh lebih besar dari jumlah yang diterima mereka sebagai upah alami. Kelebihan nilai produktivitas kerja buruh atas upah alami inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih yang dinikmati oleh para pemilik modal.
Menurut Marx nilai dari suatu komoditas ditentukan oleh nilai labor yang secara langsung maupun tidak langsung dalam komoditas plus laba. Secara umum Marx percaya bahwa nilai suatu barang umumnya sepadan dengan input labor dan hanya labor langsung yang dapat menghasilkan laba. Menurutnya nilai suatu komoditas adaah penjumlahan biaya labor langsung, biaya labor tidak langsung dan laba.
Suatu hal yang membedakan labor dengan factor produksi adalah bahwa majikan dapat memaksa pekerja menghasilkan nilai yang melebihi nilai labor yang masuk dalam proses produksi. Nilai surplus adalah kelebihan nilai produktivitas kerja atas upah alami yang diberikan pada buruh. Makin rendah nilai upah yang diberikan pada buruh makin besar nilai surplus yang dimiliki pemilik modal.
Menurut Marx ukuran eksploitasi terhadap kaum buruh bisa diukur yaitu dengan membandingkan nilai surplus dengan upah yang diberikan. Akumulasi modal akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa menindas para buruh sekeras kerasnya yaitu dengan memberikan tingkat upah yang sangat rendah.

Marx memandang sebagai penyebab terjadinya konsentrasi konsentrasi ekonomi atau monopoli. Kompetisi dinilai Marx mengandung suatu daya yang kalau tidak diawasi akan menghancurkan sendi sendi kehidupan masyarakat.
Beberapa program yang dianjurkan Marx untuk dilakukan setelah revolusi berhasil antar lain :
1. Penghapusan hak milik atas tanah dan menggunakan semua bentuk sewa tanah untuk tujuan tujuan umum.
2. Program pajak pendapatan progresif.
3. Penghapusan semua bentuk hak pewarisan.
4. Pemusatan kredit di tangan negara.
5. Pemusatan alat alat komunikasi dan transportasi di tangan negara.
6. Pengembangan pabrik pabrik dan alat alat produksi milik negara.

Perbedaan fase sosialisme dan komunisme menurut Marx yaitu:
1. Produktivitas.
2. Hakikat manusia sebagai produsen.
3. Pembagian pendapatan.


Dalam fase sosialisme produktivitas masih rendah dan kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup sedangkan dalam fase komunisme penuh produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi sudah diproduksi secara cukup dan perekonomian dapat memenuhi kebutuhan semua anggota masyarakat secara berkelimpahan. Tentang hakikat manusia sebagai produsen dalam fase sosialisme manusia belum cukup menyesuaikan diri sehingga menjadikan kerja seagai hakikat dan masih mementingkan insentif materi untuk bekerja. Pada tahap komunisme penuh kerja sudah menjadi hakikat di mana manusia bekerja dengan penuh kegembiraan, sukacita dan semua pekerjaan dilakukan secara sukarela, dengan efisien, tanpa terlalu mengharapkan insentif langsung seperti upah, yang hanya merupakan produk sampingan dari kerja. 

Pemikiran Ekonomi Sosialisme Sebelum Marx


Di bawah kapitalisme di eropa, golongan borjuis mulai menguasai negara. Oleh kaum borjuis negara dijadikan sebagai kekuatan dan alat pemksa untuk mengatur organisasi ekonomi – politik dan kemasyarakatan guna memenuhi berbagai kepentingan mereka. Keadaan berubah 180 derajat setelah dikembangkannya ajaran liberalisme kapitalisme oleh pemikir pemikir klasik. Ajaran kapitalisme telah membawa masyarakat ke arah hidup yang penuh persaingan.

A. Pengertian sosialisme dan komunisme.
Sosialisme menurut Smith adalah kegiatan menolong orang orang yang tidak beruntung dan tertindas dengan sedikit mungkin tergantung dari bantuan pemerintah.  Sosialisme melibatkan pemilikan semua alat alat produksi termasuk di dalamnya tanah tanah pertanian oleh negara dan menghilangkan milik swasta. Sosialisme dimaksudkan untuk menunjukkan sistem sistem pemilikan dan pemanfaatan sumber sumber produksi secara kolektif (Whittaker 1960).
Sosialisme menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah berlangsung secara perlahan lahan melalui prosedur peraturan pemerintah dengan memberikan kompensasi pada pemilik pemilik swasta, maka dalam komunisme peralihan pemilikan dari swasta ke tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi secara cepat dan revolusioner, dilakukan secara aksa dan tanpa kompensasi.
Komunisme menggambarkan sistem sistem sosial di mana barang barang dimiliki secara bersama sama dan didistribusikan untuk kepentingan bersama sesuai dengan kebutuhan masing masing anggota masyarakat.
Perekonomian yang didasarkan atas sistem di mana segala sesuatunya serba dikomando ini sering juga disebut sistem perekonomian komando. Begitu juga karena dalam sistem komunis negara merupakan penguasa mutlak, perekonomian komunis sering juga disebut sistem ekonomi totaliter. Istilah lain yang sering digunakan anarkisme melihat pada suatu kondisi social di mana pemerintah tidak main paksa dalam menjalankan kebijaksanaan kebijaksanaannya melainkan dipercayakan pada asosiasi asosiasi individu secara bebas dalam sistem social kemasyarakatan yang ada.
Aliran sosialisme sebelum Marx sering dimasukkan ke dalam sosialis sedangkan sosialisme yang dikembangkan Marx digolongkan ke dalam komunis. Semua aliran Marxisme pada intinya sama sama melihat, mempertanyakan dan membahas mengapa dan bagaimana pola produksi kapitalis telah mengubah formasi social ekonomi masyarakat pra kapitalis.

B. Sosialisme Utopis.
Tokoh sosialis utopis yang paling terkenal adalah Sir Thomas More (1478 – 1535), menurutnya bahwa disebuah pulau khayal bernama utopia yang dapat juga ditafsirkan sebagai sebuah negara, semua milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal dalam suatu tempat bersama di mana makanan serta segala kebutuhan lainnya disediakan secara bersama sama pula.
Menurut Saint Simon (1760 – 1825) bahwa sistem produksi dalam sutu organisasi social sangatlah penting artinya yang waktu itu sangat dikuasai oleh feudal dan berjalan tanpa control. Agar sistem produksi ini bias memberikan kesejahteraan yang sebesar besarnya bagi masyarakat perlu adanya suatu lembaga yang melakukan pengawasan. Menurutnya fungsi pengawasan tersebut dipegang oleh suatu badan yang disebut industrial elite yang anggotanya terdiri atas pakar pkar ilmiah, para teknisi serta para pimpinan pengusaha.

C. Sosialisme komunitas bersama.
Louis Blanc adalah seorang penggagas koperasi tapi khususnya untuk koperasi produksi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya ia memberikan kepada para pekerja untuk memiliki perusahaan. Sedang untuk mengangkat derajat kaum buruh ia mengharapkan agar pemerintah ikut aktif membantu usaha usaha kaum buruh termasuk dalam bidang permodalan. 

Pemikiran Ekonomi Aliran Klasik

         Aliran Klasik merupakan aliran atau mazhab yang dikembangkan oleh Adam Smith warga negara Skotlandia yang ditulis dalam karyanya “ An Inquary  Into  the Natural and Causes of the Wealth of Nations “ terbit tahun 1776 biasanya disingkat “ The Wealth of  Nation “.dalam buku tersebut Adam Smith  banyak mengemukakan/membahas permasalahan ekonomi yang sebelumnya sudah banyak dibahas oleh para ekonom sebelumnya. Adam Smith ( 1723 -1790  )  dikenal sebagai bapak ilmu ekonomi dunia (  Father Modern Economic)  karena ilmu ekonomi mencapai masa kedewasaan.Dalam bukunya Adam Smith  yang terdiri dari 900 halaman memuat pokok-pokok pemikiran aliran klasik antara lain;
·               Paham hedonisme  yang dikembangkan oleh Epicurus
·               Campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi seminimal mungkin ( laissez faire laisser passer)
·               Penekanan pembahasan ekonomi lebih bersifat mikro, dengan menekankan teori harga
·               Pendekatan deduktif untuk pemecahan masalah ekonomi yang digabungkan dengan  penjelasan historis
·               Pendekatan matematis dalam memecahkan permasalahan ekonomi
·               Manusia merupakan factor produksi utama dalam kegiatan ekonomi
·               Perekonomian selalu berada pada kondisi ekuilibrium

           Dari pokok pemikiran Adam Smith maka banyak tokoh-tokoh yang lain mengikuti pola pemikiran Adam Smith dalam mengembangan ilmu ekonomi sesuai dengan perkembangan pemikiran klasik antara lain Thomas Robert Malthus, Jean Baptis Say , David Ricardo , Johan Heinrich von Thunen, Nassau William Senior, Friedrich von Herman, John Stuart Mill dan John Eliot Cairnes. Berikut akan dijelaskan beberapa pokok pembahasan  antara lain tokok-tokoh ahli klasik dan  sumbangannya dalam perkembangan ekonomi .


1.   ADAM   SMITH (1729 - 1790)
                 Adam Smith merupakan Father Modern  of Economics atau Bapak Ekonomi Modern  sebab bukunya merupakan buku pertama yang membahas permasalahan ekonomi dengan lengkap dan sistematik.Aliran atau paham yang diciptakan oleh Adam Smith  disebut sebagai aliran atau mazab klasik atau mazhab liberal. Sekalipun Adam Smith digelari sebagai Father of Modern Economics, tetapi istilah itu sendiri sebenarnya belum dikenal pada zaman Smith. Istilah itu muncul pada abad XX baru- baru ini saja. Sebelumnya istilah yang dipakai untuk ilmu ini adalah Political economy, yang menyatakan bahwa ekonomi merupakan bagian  dari politik ekonomi yang khusus berhubungan dengan hal- hal seperti pajak, utang negara, perdagangan luar negeri dan masih banyak lagi yang diulas dalam buku tersebut. 
            Dasar  pemikiran Adam Smith dipengaruhi oleh gurunya  pada saat menempuh kuliah di Universitas Glasgow  yaitu Francis Hutcheson ( 1694 – 1746 ) dan teman kuliahnya yaitu David Home . Dari Glasgow   kemudia dia mendapatkan biasiswa  sehingga dapat melanjutkan pendidikannya ke Oxfort Univercity  hingga tahun 1746. Pada tahun 1748 hingga tahun 1751 mengajar di Edinburg Univercity  dan pada tahun 1751 ia mengajar di Glasgow. Pada saat menjadi dosen di Glasgow Univercity  memberikan serangkaian kursus  dalam bidang ilmu-ilmu social dan kemanusiaan.  Bidang yang disukai Smith  adalah falsafah moral, sehingga mempengaruhi pola pemikiran Smith pada saat itu. Sehingga  buku yang ditulis pertama kali oleh Adam Smith berhubungan dengan falsafah moral dengan judul The Theory of  Moral Sentiments   ( 1759)  berisi tentang masalah ekonomi berhubungan dengan masalah moral dalam kehidupan masyarakat. Isi buku ini serta perkuliahan yang dilakukan pada Universitas Glasgow merupakan sumber utama dalam penulisan buku An Inquary Into the Nature  and  Couses of the Wealth of Nations. Buku ini merupakan tonggak sejarah perkembangan ilmu ekonomi .Dalam buku tersebut Adam Smith menjelaskan teori –teori yang mendasari pokok- pokok pemikirannya .
1.1.  Hakikat Manusia Serakah
            Seorang pemikir – pemikir masa Yunani kuno bernama Plato mengatakan bahwa pada hakekatnya manusia memilki sifat serakah. Pemikiran yang sama dilontarkan oleh  Bernard de Mandeville ( 1670 – 1733) dalam bukunya “ The Fable of the Boistis“ tahun 1714 mengatakan bahwa hakikat manusia rakus , egoistis, selalu mementingkan diri sendiri. Menurut Mandeville sifat manusia yang rakus dan selalu mementingkan diri sendiri  akan memberi dampak  social –ekonomi  negative bagi masyarakat . Untuk menghindari dampak negative tersebut  Mendeville  menganjukan adanya campur tangan  pemerintah dalam perekonomian .
            Menurut padangan Smith berbeda dengan Mandeville , sifat serakah dan egoisme manusia, malahan menganggap sifat ini akan memicu  pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan. Smith berpendapat bahwa sikap egoisme manusia ini tidak akan mendatangkan kerugian dan merusak masyarakat sepanjang ada persaingan bebas. Tiap orang menginginkan laba  dalam jangka panjang , tidak akan pernah menaikkan harga di atas tingkat harga pasar. Secara sederhana  dalam  The Wealth of  Nations  menjelaskan :
“ If a pin manufacturer tried to charge more than his competitors, they wouid take away his trade ; if a workman  asked for more than the going wage, he would not be able to find work ; if a landlord sought to exact aren’t steeper than another with land of the same quality, he would get no tenant”

Dari pernyataan diatas , jika seorang penjual gula di pasar apabila menjual diatas harga yang berlaku di pasar maka jualannya tidak akan terjual sehingga penjual tadi gulung tikar, mengapa karena masyarakat tidak mau membeli dengan harga yang tinggi.Begitu pula dengan harga tenaga kerja , apabila seseorang menetapkan upah diatas rata-rata maka tidak akan mendapatkan pekerjaan sehingga menganggur .
Menurut Smith lebih lanut, tindak tanduk manusia pada umumnya didasarkan pada kepentingan diri sendiri ( self- interest), bukan belas kasihan dan juga bukan perikemanusiaan.kata smith : “ It is not from the benevolence of the butcher that we expect our dinner, but from his regard to his own interest”.Walaupun motif kepentingan diri sendiri kurang begitu mulia , tidak berarti kita harus menolak berbisnis dengan orang lain, sebab ini hanya akan menghancurkan diri sendiri.   
1.2.  Mekanisme Pasar Bebas
            Adam Smith mendukung motto yaitu laissez faire – lasses passer, yaitu menghendaki campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi minimum saja. Faham ini , sebagaimana  sudah dijelaskan terlebih dahulu oleh   Francis Quesney. Menurut Smith  agar pemerintah sedapat mungkin  tidak terlalu jauh campur tangan mengatur  perekonomian. Biar saja perekonomian berjalan dengan  wajar tanpa campur tangan pemerintah, nanti akan ada suatu  tangan tak kentara ( invisible hand) yang akan membawa  perekonomian kea rah keseimbangan. Jika banyak campur tangan  pemerintah menurut Smith , justru pasar akan mengalami  distorsi, yang akan membawa perekonomian pada ketidakefisienan ( inefficiency) dan ketidakseimbangan.
            Sekarang , bagaimana pasar bebas yang didasarkan pada keinginan- keinginan  pibadi tersebut bisa membawa perekonomian  pada suatu keseimbangan yang efisien ?. Dalam menjawab pertanyaan tersebut  tentang bekerjanya mekanisme pasar yang sangat sederhana  tetapi sangat ampuh tersebut, Smith mengekspresikannya  dalam suatu paragraph yang mungkin paling sering dikutip orang ( terjemahan dalam bahasa Indonesia ) adalah ,        
            “Walaupun tiap orang mengerjakan sesuatu didasarkan pada kepentingan pribadi , tetapi hasilnya bisa selaras dengan tujuan masyarakat. Dampak dari aktifitas tiap individu dalam mengejar kepentingan diri mereka sendiri terhadap kemajuan masyarakat justru lebih baik, dibanding dengan tiap orang berusaha memajukan masyarakat.”
Dalam kalimat  lain pada buku yang sama, Smith menulis:
“the natural effort of every individual to better his own condition, when suffered to exert itself with freedom and security, is so powerful a principle that it is alone, and without any assistance, not only capable of carrying on the society to wealth and prosperity, but of surmounting a hundred impertinen obstructions with which the folly of human laws too often encumbers it operations …”  
            Smith tidak percaya  dengan apa yang disebut “ maksud baik “ baik dari perorangan  dan bahkan  juga dari pemerintah . Sehubungan dengan ini ia pernah memperingatkan sebagai berikut :
“ You think  you helping the economic system by your well meaning laws and interference. You are  not !. Let it be. The oil of self-interest   wiil keep the gears working in almost miraculous fashion . no one need plan. No sovereign need rule. The market will answer all things”
          Pernyataan Smith diatas , banyak terjadi di Indonesia pada tahun 1990-an. Pada tahun itu banyak kesepakatan antara pemerintah dan pengusaha dalam bidang perdagangan dan produksi dengan tujuan adalah memudahkan petani dan industri kecil lain dalam memproduksi , memasarkan barang dan jasa  dengan cara membuat  peraturan perdagangan disebut tata niaga , seperti tata niaga cengkeh, tata niaga gula, tata niaga tembakau, tata niaga beras, tata niaga industri kulit, tata niaga tebu, tata niaga tanaman pangan .Tujuan awal tata niaga tadi untuk memudahkan proses produksi dan pemasaran untuk petani dan pengrajin tetapi dengan adanya tata niaga tersebut mengakibatkan  kerugian pada masyarakat. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan keinginan masyarakat , banyak tanaman yang dibakar karena over production , hasil produksi tidak sesuai yang diharapkan berhubungan dengan kualitas produksi sehingga hasil produksi dibuang, dibakar  atau ada yang dijual dengan harga yang murah. Sehingga tata niaga tersebut banyak ditentang oleh masyarakat , sehingga beransur-angsur tata niaga tersebut tidak  ada.
            Pandangan Smith  kemudian ternyata telah menandai suatu perubahan yang sangat revolusioner  dalam perkembangan pemikiran ekonomi.Tugas Negara  untuk menjamin terciptanya kondisi  di mana  setiap orang bebas  bertindak  melakukan  yang terbaik bagi diri sendiri. Bagi penyokong pasar bebas , tidak ada  jasa yang bisa dibuat  oleh seorang umat manusia , kecuali yang dapat membuat dirinya lebih maju   
   
1.3.  Teori Nilai
                        Menurut Adam Smith , barang mempunyai dua nilai yaitu nilai guna barang ( value in use) dan nilai tukar ( value of exchange) . Nilai tukar  atau harga dari suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja ( labour)  yang diperlukan dalam menghasilkan barang.Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam menghasilkan suatu barang diukur berdasarkan pada tenaga kerja yang dicurahkan dalam menghasilkan barang tersebut , tidak hanya   diukur berdasarkan pada hari dan jam kerja tetapi juga ketrampilan yang dimiliki karena setiap orang mempunyai ketrampilan yang berbeda. Untuk itu   ia         menggunakan “ harga “ tenaga kerja  sebagai alat ukur, yaitu upah yang diterima dalam menghasilkan barang tersebut. Tingkat upah sekaligus menentukan perbedaan ketrampilan  tenaga, kerja.kalau A menerima upah Rp. 10.000,00 dan B menerima upah Rp. 5000,00 per hari, ini mencerminkan  bahwa ketrampilan atau skill si A dua kali lebih tinggi dari ketrampilan si B
            Perbedaan dalam tenaga kerja yang dicurahkan dalam menghasilkan barang  digunakan oleh Smith  untuk mematok harga.Misalnya , dalam waktu dua jam seseorang rata-rata bisa menangkap seekor berang –berang , dan dalam waktu yang sama bisa digunakan untuk menangkap dua rusa, maka harga berang- berang harus dua kali lipat harga rusa. Harga seperti ini  yang disebut Smith sebagai harga alami ( natural price), yang dalam zaman modern sekarang ini disebut sebagai harga keseimbangan  jangka panjang.
            Hubungan antara nilai guna dan nilai tukar, menurut Adam Smith suatu barang yang mempunyai nilai guna yang tinggi kadang-kadang tidak mempunyai nilai tukar ( tidak bisa ditukar dengan barang yang lain ), dan sebaliknya  ada pula barang yang mempunyai  nilai tukar sangat tinggi, tetapi tidak begitu berfaedah dalam  kehidupan. Contohnya adalah air dan intan. Menurut Smith , tidak ada  jenis barang yang lebih berguna daripada air.Tetapi dalam kenyataan sehari-hari air sangat berguna dalam  tadi tidak bisa ditukarkan dengan barang yang lain. Intan dilain pihak, tidak begitu berguna dalam kehidupan bagi kehidupan, tetapi dari sedikit intan bisa ditukarkan dengan sejumlah besar barang- barang lain yang jauh lebih besar faedah ( utility ) nya.
            Dari contoh diatas, air dan intan bagi Smith nilai tukar dapat diartikan dengan kemampuan sesuatu barang untuk memperoleh  barang lain, yang berarti nilai tukar  suatu barang sama dengan  harga daripada barang itu sendiri. Jika diperhatikan,  konsep nilai ini Smith bersifat mendua ( ambiguous ) .Ia nampaknya belum atau tidak paham tentang harga relative suatu barang. Ia juga tidak bisa membedakan  antara utilitas total ( total utilty) dengan utilitas marginal ( marginal utility ) dan utilitas rata-rata (average utility). Dalam penjelasannya  Smith hanya  berfokus pada  utilitas total saja, dan ini  membuatnya sulit untuk  dalam memahami  bagaimana peran  permintaan dalam menentukan harga pasar.

1.3. Pembagian Kerja
            Produktifitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja atau division of labour.Pembagian kerja akan mendorong  spesialisasi, di mana orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing .
            Adanya spesialisasi berarti setiap  orang tidak perlu menghasilkan tiap barang yang dibutuhkan secara sendiri-sendiri , tetapi menghasilkan satu jenis barang saja.Kelebihan barang akan dipertukarkan dengan barang yang lainnya.
            Dalam buku The Wealth of Nations , Adam smith mencontohkan pembagian kerja pada perusahaan pembuatan  peniti.Jika tidak ada spesialisasi, maka  setiap tenaga kerja mengerjakan  pekerjaan secara utuh dari awal sampai akhir dikerjakan sendiri dengan menghasilkan barang yang sama dalam suatu perusahaan maka output yang dihasilkan relative kecil. Tetapi apabila terjadi pembagian kerja mulai  dari meluruskan , memotong kawat, meruncingkan kawat,, memasangkan kepala peniti maka hasil yang diperoleh lebih banyak dari yang dikerjakan secara sendiri-sendiri. Pembagian kerja akan meningkatkan produktifitas, sehingga meningkatkan hasil produksi , meningkatkan total produksi dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.

1.4.  Teori Akumulasi Kapital
            Menurut Adam Smith  untuk meningkatkan kesejahteraan  bisa dilakukan dengan cara meningkatkan laba untuk mendapatkan laba yang banyak dengan cara melaksanakan kegiatan investasi. Investasi diartikan sebagai pembelian barang-barang  atau mesin-mesin untuk memperlancar proses produksi  sehingga  produktifitas tenaga kerja mengalami peningkatan .Peningkatan produktifitas akan meningkatkan  produksi perusahaan. . Apabila perusahaan melaksanakan hal yang sama  maka output mengalami peningkatan dan kesejahteraan akan naik pula. Adam Smith menganggap akumulasi capital bagi pembangunan ekonomi , maka sistem ekonomi yang dianut sesuai dengan pemikiran adam smith sering disebut system liberalisme atau kapitalisme atau Market Economie System.    

2.        THOMAS ROBERT MALTHUS (1766 - 1834)

Thomas Robert Malthus  merupakah pengikut aliran  klasik yang pada akhirnya  melemahkan pandangan positif Adam Smith .Malthus dilahirkan pada tahun 1766  dari keluarga kaya raya.Malthus dibaptis  dengan nama Thomas Robert, tetapi dikenal  sebagai Robert atau Bob  oleh keluarga dan kawannya.Sebagai putra bungsu daei delapan bersaudara  dia sangat akrab dengan persoalan  kelebihan penduduk. Iman Kristennya  menganjurkan keluarga besar  dan pandangan  umum saat itu adalah  banyak anak banyak rejeki.
Pada tahun 1784 Malthus  masuk ke Universitas Cambridge , mengambil jurusan  matematika dan bahasa  ( dia menguasai lima bahasa).Setelah lulus  pada tahun 1788 dia mengikuti Holy Order dan menjadi pendeta untuk Gereja Inggris, yang mengsyaratkan  hidup selibat.Malthus meninggalkan  statusnya sebagai pendeta  setelah bekerja enam tahun , karena memutuskan utnuk menikah pada tahun 1804 pada usia 38 tahun dan dikaruniai tiga anak.
Pada tahun 1805 , Malthus diangkat menjadi professor sejarah modern dan ekonomi politik di perguruan tinggi yang baru, East India College di Haileybury, yang didirikan  utnuk mendidik  pegawai  sipil di East India  Company. Jadi Malthus memegang jabatan puncak sebagai  di jurusan ilmu ekonomi sanpai akhir hayatnya pada tahun 1934.     

2.1.  SUMBANGAN PEMIKIRAN MALTHUS

Malthus menulis karya klasiknya setelah berdebat dengan  “ seorang temannya“ tentang teori utopia Daniel Malthus  yang tidak lain adalah ayahnya sendiri. Teori  utopia William Godwin yang didiskusikan  merupakan murid filusuf Prancis yaitu Jean Jacque Rousseau. Kalimat Rousseau “ manusia dilahirkan bebas namun terbelenggu di mana-mana “ merefleksikan konflik  anta idealisme dan realitasda zamannya ( 1968-1949).Perdebatan tentang pandangan Godwill sehingga mempengaruhi pola pandangan Malhut pada saat menulis buku yang berjudul An essay on the Principle of opulations as It Affects the Future Improvement of Society, with Remark on the Speculation of Mr. Godwin, m. Condorcet, and other Writers ( 1798), yang kemudian terkenal dengan essay on the principle of population. 

Dalam buku karya Malthus “ Essy on the   Principle of Population “, banyak dipengaruhi oleh pemikiran Smith. Buku tersebut  berisi bahwa  tanah sebagai salah satu factor produksi yang tetap  jumlahnya. Di dunia ini jumlah tanah relative tetap , kalaupun pemakaian tanah untuk produksi pertanian bisa ditingkatkan , peningkatannya tidak akan seberapa.Dalam banyak hal justru  jumlah tanah untuk membangun perumahan, pabrik- pabrik dan bangunan lain serta untuk pembuatan jalan.
Malthus juga mengamati perkembangan manusia. Perkembangan manusia    jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur (geometric progression, dari 2 ke 4, 8, 16, 32 dan seterusnya), sedangkan pertumbuhan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung (aritmetik progession dari 1 ke 2, utopia merupakan 3, 4, 5 dan seterusnya). Karena perkembangan jumlah manusia jauh lebih cepat  dibandingkan dengan pertumbuhan hasil-hasil pertanian,  maka Malthus meramalkan bahwa suatu ketika akan terdasi mala petaka (disaster) yang akan menimpa umat manusia.
Berbagai masalah dalam masyarakat akan timbul sebagai akibat adanya tekanan penduduk tersebut, yang pada gilirannya menyebabkan tekanan berkelanjutan terhadap standar hidup manusia, baik dalam artian ruang maupun output. Anehnya dalam menghadapi masalah orang selalu menyatakan keadaan dan lingkungan, akan tetapi tidak pernah menyalahkan diri sendiri.
Apa yang bisa dilakukan manusia agar terhindar dari berbagai persoalan ekonomi dan masyarakat? Dalam  Essays on the Principles of Population (1796) Malthus menguraikan bahwa :
  • Jumlah penduduk  akan selalu bertambah  dengan bertambahnya  jumlah alat pemuas kebutuhan
  • Jumlah  penduduk dapat dihambat /tidaknya  alat-alat pemuas kebutuhan
  • Perkembangan jumlah penduduk  dapat dihambat  dengan dua macam chek antara lain :
Ø    Salah satu cara untuk menghindar dari  malapetaka tersebut  adalah dengan melakukan control/ chek  atau pengawasan terhadap pertumbuhan jumlah penduduk disebut  preventif chek, antara  lain dengan  keluarga Berencana  ( KB ) menurut istilah yang dipakai di Indonesia, penundaan usia perkawinan ( postponement married) , pengekangan moral/ moral restraint.
Ø    Positif Chek adalah pencegahan pertumbuhan penduduk dengan cara  bencana alam ,kelaparan, wabah penyakit ,  malapetaka perang ( pernyataan Malthus ini menimbulkan hal yang bersifat pesimis ).
            Dari pernyataan Malthus diatas menyatakan bahwa, dalam kenyataanya produktifitas tenaga kerja meningkat dari tahun ke tahun .Teori – teori yang dikemukakan Malthus lama kelamaan menimbulkan hal yang bersifat controversial dalam kehidupan selanjutnya. Sehingga banyak ekonom yang mengkritik pendapat Malthus tersebut. Kritik terhadap teori Malthus antara lain :
§   Perbandingan antara kenaikan jumlah  penduduk dengan  kenaikan jumlah alat-alat pemus kebutuhan seperti apa yang dikemukakan oleh Malthus adalah bersifat hipotetis, tidak nyata. Kenyataan- kenyataan terakhir ini menunjukan kenyataan yang sebaliknya.
§  Malthus mengabaikan bahwa  manusia ( perempuan ) hidup tidak hanya menghasilkan keturunan saja tetapi juga berkarier.
§  Malthus mengabaikan perkembangan tehnologi yaitu tehnologi dalam bidang pertanian, kesehatan.
§  Teori Malthus bersifat hipotesis semata
§  Pendapat Malthus  bersifat oversimplification

3.        DAVID RICARDO (1772 - 1823)

Merupakan seorang ekonom Inggris terkemuka karena banya hal antara lain kaya , hukum keuntungan komparatif dari perdagangan internasional, hard money,  prinsip ilmu ekonomi  klasik lainnya serta  sefaham dengan pandangan Smith lasses faire .Ricardo dilahirkan dari keluarga orang Yahudi , ayahnya bernama Abraham Israel Ricarado.Abraham merupakan penganut Yahudi Sephadic dari keturunan Spanyol-Portugal yang menetap di Belanda  setelah diusir dari Spanyol pada abad 15. ayahnya seorang pialang sukses yang membangun sebuah dinasti keluarga. Dia pindah ke London pada tahun 1760, di sanalah David Ricardo lahir . Pada usia 14 tahun , setelah belajar di sekolah  yahudi Amsterdam, Ricardo dipekerjakan oleh ayahnya di London Stock Exchange.
  Pada tahun 1814, di usia ke 42  menjadi seorang tuan tanah desa, membeli tanah perkebunan  yang sangat luas bernama gatcomb Park di Gloucestershire. Minatnya pada ilmu ekonomi pada tahun 1799,  ketika tinggal di Bath saat membaca  Wealth of Nation ( 1776 ). Sekitar tahun 1810-an meningalkan Bursa saham dan menulis  secara teratur  tentang persoalan ekonomi. Pada tahun 1817 mempublikasikan  dengan judul  On the Principle  of Political Economy and Taxation.   

3.1. SUMBANGAN DAVID RICARDO DALAM IMU EKONOMI

Ricardo sependapat dengan Smith bahwa labor memegang peran penting dalam perekonomian. Ide yang berasal dari Smith kemudian dikembangkan menjadi teori harga harga relative berdasarkan biaya produksi, di mana biaya labor menjadi unsure utama, disamping biaya biaya capital. Capital mendapat perhatian yang cukup besar dalam analisis Ricardo sebab capital tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas labor, tetapi juga berperan dalam mempercepat proses produksi sehingga hasil produksi dapat dengan cepat dikonsumsi.
Kalau ada perbedaan Smith dengan Ricardo hanya dalam penekanan, Smith lebih menekankan masalah kemakmuran bangsa dan pertumbuhan sedang Ricardo lebih memperhatikan masalah pemerataan pendapatan di antara berbagai golongan dalam masyarakat.
Dalam buku The Principles of Political Economy and Taxation, Ricardo mengatakan beberapa teori anatara lain: teori sewa tanah, teori nilai kerja, teori upah alami, teori uang dan teori keuntungan komparatif dari perdagangan internasional.
Dalam teori sewa tanah Ricardo menjelaskan bahwa jenis tanah berbeda beda . ada yang subur, kurang subur hingga tidak subur sama sekali. Produktivitas tanah yang subur lebih tinggi dan dengan demikian untuk menghasilkan satu satuan unit produksi diperlukan biaya biaya rata rata dan biaya biaya marginal yang rendah. Makin rendah tingkat kesuburan tanah, jelas makin tinggi pula biaya rata rata dan biaya marginal untuk mengolah tanah tersebut.
Teori nilai kerja dan upah alami Ricardo menjelaskan bahwa nilai tukar suatu barang ditentukan oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut yaitu biaya untuk bahan mentah dan upah buruh yang besarnya hanya cukup untuk dapat bertahan hidup bagi buruh yang bersangkutan.
Menurut Ricardo kalau harga yang ditetapkan lebih besar dari biaya biaya maka dalam jangka pendek perusahaan akan menikmati laba ekonomi. Adanya laba ini akan menarik perusahaan perusahaan lain untuk masuk pasar. Masuknya perusahaan perusahaan baru berarti produksi akan meningkat dan sebagai akibatnya akan terjadi kelebihan produksi di pasar. Kelebihan penawaran barang ini akan mendorong harga harga turun kembali kepada keseimbangan semula. Karena biaya biaya bahan mentah relative konstan maka Ricardo menyimpulkan bahwa yang paling menentukan tingkat harga adalah tingkat upah alami yang besarnya hanya cukup agar para buruh dapat bertahan hidup.
Teori keuntungan berbanding menurut Ricardo bahwa tiap kelompok masyarakat atau negara sebaiknya mengkhususkan diri menghasilkan produk produk yang bias dihasilkan lebih efisien dan kelebihan produksi atas kebutuhan diperdagangkan yang hasilnya dapat digunakan untuk membeli barang barang lain yang tidak dibutuhkan lebih banyak, jauh lebih banyak dibandingkan jika barang barang tersebut harus dihasilkan sendiri.
David Ricardo memiliki kehebatan dalam melakukan analisis ekonomi juga paling banyak mendapat kecaman, sebab dalam melakukan analisis ia sering bersikap tegar dan dingin dan sebagai akibatnya ilmu ekonomi kemudian sering dikritik sebagai dismal science. Ilmu ekonomi kemudian diejek sebagai ilmu yang tidak berperasaan sebab dalam melakukan pembahasan para pakar seperti Ricardo berusaha lebih banyak menggunakan ratio dan menghindari unsure perasaan.

4.        JEAN BAPTISTE SAY (1767 - 1832)
Kontribusi Say yang paling besar terhadap aliran klsik ialah pandangannya yang mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaan sendiri. Pendapat Say disebut Hukum Say. Hukum Say didasarkan pada asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan.
Menurut Say peningkatan produksi akan selalu diiringi pula oleh peningkatan permintaan, jadi dalam perekonomian yang menganut pasar persaingan sempurna tidak akan terjadi kelebihan penawaran. Kalaupun terjadi sifatnya hanya sementara. Pasar lewat tangan tak kentara akan mengatur dirinya kembali kearah keseimbangan.

5.        JOHN STUART MILL (1806 - 1873)
Dalam Principles of Political Economy pandangan pandangan klasik disempurnkan dan diberi sentuhan yang lebih manusiawi. Di tangan Mill individualisme tidak lagi tampil kasar dan kaku. Sebagai sesame kaum klasik Mill menentng pihak pihak yang menuduh paham laissez faire sebagai ilmu yang menyedihkan dan muram dan menuduh teori upah Ricardo sebagai upah besi.
Mill membolehkan campur tangan pemerintah berupa peraturan peraturan dan kebijaksanaan kebijaksanaan yang dapat membawa kea rah peningkatan efisisen dan penciptaan iklim yang lebih baik sehingga tiap aktivitas ekonomi dapat di arahkan kepada yang lebih baik dan lebih pantas.