Laju
ekonomi Indonesia belum sepenuhnya akan terlepas dari tekanan ekonomi global
akibat penguatan ekonomi Amerika dan pelemahan China. Sehingga meski dinilai
akan ada perbaikan, angka pertumbuhannya tidak naik signifikan. Pemerintah
memperkirakan pertumbuhan tahun ini sebesar 5,3% dari sebelumnya 5,8% (yang
oleh banyak pihak dianggap terlalu ambisius). Bank Indonesia memproyeksikan
pertumbuhan sebesar 5,2%-5,6%. Pertumbuhan dengan kisaran 5% itu merupakan
angka yang realistis.
Melemahnya
pertumbuhan perekonomian Indonesia di tahun 2015 tidak semata karena faktor eksternal
yaitu krisis ekonomi global, tetapi juga dipengaruhi faktor internal atau
ekonomi domestik yang masih bertumpu pada sektor ekspor komoditas dan konsumsi
belanja rumah tangga. Terkait belanja rumah tangga, tingkat inflasi yang
merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi konsumsi rumah tangga,
diprediksi oleh banyak pihak pada tahun ini inflasi akan terjaga dan tidak
terlalu banyak perubahan. Karena tekanan inflasi yang berkurang tersebut,
sehingga Bank Indonesia berani menurunkan suku bunga untuk mendukung roda perekonomian
Indonesia (suku bunga menjadi 7,25 persen pada Januari 2016). Adapun untuk
nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) yang masih
dipengaruhi penarikan dana investor asing untuk kembali ke negaranya, sehingga Rupiah masih akan bergerak pada level Rp14.000.
Berbagai
langkah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sedang dilakukan Pemerintah melalui paket
kebijakan ekonomi. Di antaranya adalah pemangkasan ijin investasi yang
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas nasional. Beberapa
pemangkasan regulasi yang dilakukan adalah ijin investasi pada kawasan industri
dan kegiatan ekspor-impor. Pemerintah menjadikan sektor pariwisata sebagai
fokus pengembangan ekonomi tahun depan. Hal ini menurutnya, dapat meningkatkan
lapangan kerja bagi masyarakat. Saat ini, sudah ada rencana 10 destinasi wisata
yang akan dikembangkan seperti Danau Toba, Raja Ampat, Labuhan Bajo, Bromo,
Mandalika, Wakatobi, Tanjung Lesung, Belitung, Borobudur dan Morotai.
Untuk
menembus pertumbuhan ekonomi di atas 6% sebenarnya bukanlah hal yang mustahil,
selama tingkat konsumsi bisa ditingkatkan baik konsumsi masyarakat maupun
pemerintah. Konsumsi penting karena harga komoditi ekspor Indonesia banyak yang
mengalami penurunan harga seperti CPO, karet dan batu bara. Satu saran untuk
pemerintah Indonesia dalam menjaga daya beli masyarakat salah satunya yaitu
dengan cara mengurangi potongan atas penghasilan yang diterima masyarakat.
Bukan dengan menambah beban tersebut dengan potongan yang baru seperti rencana
pemerintah untuk dana Tapera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar