Minggu, 13 Maret 2016

Economic Forecast: Proyeksi perekonomian Indonesia di Tahun 2016

Laju ekonomi Indonesia belum sepenuhnya akan terlepas dari tekanan ekonomi global akibat penguatan ekonomi Amerika dan pelemahan China. Sehingga meski dinilai akan ada perbaikan, angka pertumbuhannya tidak naik signifikan. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan tahun ini sebesar 5,3% dari sebelumnya 5,8% (yang oleh banyak pihak dianggap terlalu ambisius). Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan sebesar 5,2%-5,6%. Pertumbuhan dengan kisaran 5% itu merupakan angka yang realistis.

Melemahnya pertumbuhan perekonomian Indonesia di tahun 2015 tidak semata karena faktor eksternal yaitu krisis ekonomi global, tetapi juga dipengaruhi faktor internal atau ekonomi domestik yang masih bertumpu pada sektor ekspor komoditas dan konsumsi belanja rumah tangga. Terkait belanja rumah tangga, tingkat inflasi yang merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi konsumsi rumah tangga, diprediksi oleh banyak pihak pada tahun ini inflasi akan terjaga dan tidak terlalu banyak perubahan. Karena tekanan inflasi yang berkurang tersebut, sehingga Bank Indonesia berani menurunkan suku bunga untuk mendukung roda perekonomian Indonesia (suku bunga menjadi 7,25 persen pada Januari 2016). Adapun untuk nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) yang masih dipengaruhi penarikan dana investor asing untuk kembali ke negaranya, sehingga  Rupiah masih akan bergerak pada level Rp14.000.
Berbagai langkah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi  sedang dilakukan Pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi. Di antaranya adalah pemangkasan ijin investasi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas nasional. Beberapa pemangkasan regulasi yang dilakukan adalah ijin investasi pada kawasan industri dan kegiatan ekspor-impor. Pemerintah menjadikan sektor pariwisata sebagai fokus pengembangan ekonomi tahun depan. Hal ini menurutnya, dapat meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat. Saat ini, sudah ada rencana 10 destinasi wisata yang akan dikembangkan seperti Danau Toba, Raja Ampat, Labuhan Bajo, Bromo, Mandalika, Wakatobi, Tanjung Lesung, Belitung, Borobudur dan Morotai.
            Untuk menembus pertumbuhan ekonomi di atas 6% sebenarnya bukanlah hal yang mustahil, selama tingkat konsumsi bisa ditingkatkan baik konsumsi masyarakat maupun pemerintah. Konsumsi penting karena harga komoditi ekspor Indonesia banyak yang mengalami penurunan harga seperti CPO, karet dan batu bara. Satu saran untuk pemerintah Indonesia dalam menjaga daya beli masyarakat salah satunya yaitu dengan cara mengurangi potongan atas penghasilan yang diterima masyarakat. Bukan dengan menambah beban tersebut dengan potongan yang baru seperti rencana pemerintah untuk dana Tapera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar